Minggu, 14 Oktober 2012

Sepak Terjang Bahasa indonesia di Negara Malaysia

Fakultas Bahasa dan Sastra salah satu kampus di Jakarta melakukan studi banding ke Malaysia pada bulan januari lalu. Studi banding ke Malaysia tersebut tepatnya diselenggarakan di Universitas Malaya (University of Malaya). Pada studi banding tersebut terdapat berbagai macam agenda. Agenda-agenda tersebut antara lain pertunjukan budaya, kunjungan budaya, hingga presentasi ilmiah dari pihak mahasiswa Indonesia maupun pihak mahasiswa Malaysia. Salah satu presentasi menarik yang terdapat pada acara tersebut adalah presentasi yang membahas tema potensi bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi ASEAN.
Sebelum presentasi tersebut disampaikan sempat terjadi kekhawatiran atas respon mahasiswa Malaysia tentang tema yang diangkat. Perlu diketahui bahwa bahasa Indonesia memiliki akar bahasa yang sama dengan akar bahasa Malaysia, yaitu bahasa Melayu. Jadi, pengangkatan tema tersebut bisa jadi akan mengingatkan para peserta studi banding tentang isu “klaim budaya” antara kedua bangsa.
Pada akhirnya presentasi tersebut tetap dijalankan dan ternyata respon yang didapat sungguh di luar dugaan. Ketika makalah selesai dipresentasikan beberapa mahasiswa Malaysia ada yang menyampaikan pertanyaan dengan menggunakan bahasa Indonesia. Ingat, mereka menggunakan bahasa Indonesia dan bukan bahasa Malaysia atau juga bahasa Melayu. Salah satu dari mahasiswa yang berbahasa Indonesia tersebut bernama Wawa.
Esok harinya saya berbincang-bincang dengan Wawa perihal kemahiran dia berbahasa Indonesia. Wawa menjelaskan bahwa banyak orang Malaysia yang bisa berbahasa Indonesia karena orang tua mereka berasal dari Indonesia. Wawa juga memberi informasi bahwa salah satu pejabat kolej kampus (asrama kampus) memiliki leluhur orang Indonesia. Fakta bahwa banyak orang Malaysia memiliki leluhur orang Indonesia tidak hanya menyebabkan mereka berbahasa Indonesia, tetapi juga mereka berbudaya budaya Indonesia. Dari titik inilah menurut Wawa penyebab terjadinya “klaim budaya” atas Indonesia dan Malaysia.
Bangsa Indonesia dan bangsa Malaysia memang satu rumpun. Jadi, tidak perlu gelisah ketika anak-anak kecil di Indonesia berbicara bahasa Malaysia seperti, “betul! betul! betul!’. Kita juga tidak boleh terlalu bangga ketika ada mahasiswa Malaysia naik mobil di jalan-jalan Kuala Lumpur menyetel lagu Kerispatih. Bahkan, supir bus di Kuala Lumpur pun tidak mau kalah dengan si mahasiswa Malaysia. Saat siang hari di Kuala Lumpur dan panas matahari sedang terik-teriknya sang supir dengan bangga menyetel lagu Ayu Tingting yang berjudul “Alamat Palsu”.

Menurut saya bahasa Indonesia memiliki potensi yang besar untuk menjadi bahasa resmi di ASEAN. Karena setelah dicermati maka kita akan tahu bahwa bahasa Indonesia tidak hanya digunakan di tanah Indonesia, tetapi juga digunakan di tanah Malaysia. Jika sudah begitu maka kita bisa dengan bangga untuk memperjuangkan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi ASEAN. Bahkan, bukan sebatas bahasa resmi ASEAN, tetapi juga bahasa resmi PBB pun sangat potensial.

sumber: http://bahasa.kompasiana.com/2012/08/28/bahasa-indonesia-di-malaysia/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar